ABSTRAK

 Latar belakang: Di Indonesia, sebanyak 18,4 % pasien yang menjalani operasi non-kardiak di RSUPN Cipto Mangunkusumo Indonesia mengalami Komplikasi Paru Pasca Operasi(Post-operative Pulmonary Complication/PPC).Beberapa penelitian menunjukkan durasi operasi memiliki hubungan dengan PPC.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan durasi operasi sebagai prediktor kejadian komplikasi gagal napas dan pneumonia dalam 30 hari pasca operasi.

Metode: Penelitian menggunakan desain kohort retrospektifpada November 2016-Juli 2017dengan data rekam medis pasien yang menjalani operasi di RSUPN Cipto Mangunkusumo tahun 2012-2016.Sampel penelitian diambil dengan metode consecutive samplingyang memenuhi kriteria inklusi dan eklusi, dilihat luarannya selama 30 hari pasca operasi.

Hasil: Dari 102 pasien diketahui 58,8 % perempuan, 35,5 % 41-50 tahun, 25,5 %berpendidikan SMA, 34,3 % tidak bekerja, 77,5 % tidak mengalami penurunan berat badan, 80,4 % tidak merokok, tidak ada yang memiliki riwayat PPOK, 61,8 % anestesi umum, 64,7 % operasi elektif dan 51,96 % lokasi operasi di abdomen. Didapatkan 10,8 % mengalami gagal napas dan 6,9 % mengalami pneumonia. Dari analisis bivariat, durasi operasi tidak dapat digunakan sebagai prediktor kejadian gagal napas (p 0,106; RR 3,56; CI 95 % 0,885 -14,280) maupun pneumonia (p 0,701; RR 1,61; CI 95 % 0,342-7,601).

Kesimpulan:Durasi operasi tidak dapat digunakan sebagai prediktor tunggal dalam memprediksi kejadian komplikasi gagal napas maupun pneumonia pasca operasi.

 

Kata kunci:durasi operasi, gagal napas,komplikasi paru pasca operasi,pneumonia

Published: 2018-04-12