Reagan Paulus Rintar Aruan1, Teguh Harjono Karyadi2, Gurmeet Singh3, Cleopas Martin Rumende3
1Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia –RSUPN Cipto Mangunkusumo
2Divisi Alergi Imunologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RSUPN Cipto Mangunkusumo
3Divisi Respirologi dan Penyakit Kritis, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia –RSUPN Cipto Mangunkusumo
ABSTRAK
Latar Belakang: Koinfeksi TB-HIV (Tuberkulosis-Human Immunodeficiency Virus) menunjukkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Pasien TB-HIV yang mengalami lost to follow up dapat menjadi sumber penularan dan resistensi obat. Dibutuhkan data tentang proporsi lost to follow up pasien TB-HIV, serta faktor-faktor yang mempengaruhi.
Tujuan: Mengetahui proporsi lost to follow up pada pasien TB-HIV serta mengetahui besarnya pengaruh dari masing-masing faktor yaitu: jenis kelamin, usia, jumlah penghasilan, status fungsional, frekuensi transportasi, lama menunggu pengobatan, jumlah obat, tempat tinggal, efek samping, dan status imunodefisiensi.
Metodologi: Studi kohort retrospektif terhadap 100 pasien TB-HIV rawat jalan di POKDISUS RSCM tahun 2015-2017. Metode pengambilan sampel menggunakan non probability consecutive sampling. Dilakukan analisis bivariat untuk mengetahui hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi lost to follow up pasien TB-HIV menggunakan uji chi square serta alternatifnya. Analisa multivariat menggunakan uji regresi logistik untuk mendapatkan Odds Ratio (OR) dari setiap faktor.
Hasil: Dari 100 pasien dengan TB-HIV rawat jalan POKDISUS RSCM didapatkan proporsi pasien lost to follow up sebesar 39% dan jumlah penghasilan <Rp 3,6 juta (OR 7,04; IK 95% 2,409-20,591)
Kesimpulan: Jumlah penghasilan merupakan faktor yang bermakna mempengaruhi lost to follow up pasien TB-HIV.
Kata Kunci: Lost to follow-up, TB-HIV