Sampai saat ini TB masih merupakan salah satu penyakit menular yang mematikan di dunia. Pada tahun 2013 diperkirakan sekitar 9 juta orang terjangkit penyakit ini dengan kematian pada 1,5 juta penderitanya. Dari jumlah tersebut, 360 ribu diantaranya mengidap HIV positif. Tuberkulosis secara perlahan menurun kasusnya dan diperkirakan sekitar 37 juta nyawa telah berhasil diselamatkan antara tahun 2000 s.d tahun 2013 seiring bertambah efektifnya proses diagnosis dan pengobatan. Kendati demikian, angka kematian yang tinggi tersebut sebenarnya kurang bisa diterima karena sejatinya hal tersebut dapat dicegah. Dibutuhkan upaya yang lebih keras untuk bisa mencapai target global pada tahun 2015 seperti tertuang dalam Millenium Development Goals (MDGs). Selain itu, upaya pemberantasan penyakit tuberkulosis saat ini diperberat dengan meningkatnya kejadian infeksi HIV serta munculnya kasus-kasus MDR TB
Pada tahun 1995, program nasional pengendalian TB mulai menerapkan strategi DOTS dan dilaksanakan di Puskesmas secara bertahap. Sejak tahun 2000 strategi DOTS dilaksanakan secara Nasional di seluruh UPK terutama Puskesmas yang di integrasikan dalam pelayanan kesehatan dasar.2 Dalam perkembangan beberapa tahun terkahir, penanggulangan TB di Indonesia saat ini sudah lebih baik, hal ini terlihat dari peringkat negara Indonesia dengan kasus TB terbanyak yang menurun menjadi peringkat 5.3 Walaupun demikian, Indonesia adalah negara high burden dan sedang memperluas strategi DOTS dengan cepat. Jika tidak bekerja sama dengan Puskesmas, maka banyak pasien yang didiagnosis oleh rumah sakit memiliki risiko tinggi dalam kegagalan pengobatan dan mungkin menimbulkan kekebalan obat.4
Multidrugs Resistant Tuberculosis merupakan masalah terbesar terhadap pencegahan dan pemberantasan TB dunia.6 Pada tahun 2003 WHO menyatakan insidens MDR TB meningkat secara bertahap rerata 2%. Prevalensi TB Indonesia tahun 2006 adalah 253/100.000 penduduk dan angka kematian 38/100.000 penduduk. Pada tuberkulosis kasus baru didapatkan TB-MDR 2% dan pada TB kasus yang sudah diobati didapatkan MDR TB 19 %.5 Untuk Indonesia, TB MDR berada di urutan ke 8 dari 27 negara dengan kasus TB MDR terbanyak.3 Hasil penelitian Sri Melati Munir, Arifin Nawas dan Dianiati K Soetoyo dari Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI-RS Persahabatan Jakarta mendapatkan kesimpulan bahwa resisten Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang terbanyak adalah resisten sekunder 77,2% dan didominasi resisten terhadap rifampisin dan isoniazid 50,5% sedangkan resistensi primer sebesar 22,8%. Baik pada resistensi primer maupun sekunder didapatkan resisten terhadap rifampisin dan isoniazid 50,5 %, resisten terhadap rifampisin, isoniazid dan streptomisin 34,6%. Tulang punggung pengobatan TB adalah rifampisin dan isoniazid. Namun demikian, paling banyak terjadi resistensi.7