Insidens infeksi jamur, khususnya penyakit jamur invasif, di unit perawatan intensif (UPI) terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Studi Extended Prevalence of Infections in the ICU (EPIC II) menemukan, jamur berperan dalam 19,4% dari seluruh kasus infeksi di UPI.1 Sistem National Nosocomial Infections Surveillance di Amerika Serikat melaporkan peningkatan kejadian infeksi jamur dari 2,0 infeksi/1000 pasien yang dipulangkan pada tahun 1980menjadi3,8infeksi/1000pasienyangdipulangkan pada tahun 1990. Serupa dengan hal tersebut, Voss dkk. mencatat peningkatan insidens kandidemia di sebuah rumah sakit di Belanda, yaitu dari 4,7 kasus/10 000 pasien/hari pada tahun 1987 menjadi 7,4 kasus /10 000 pasien/hari pada tahun 1994. Penelitian- penelitian saat ini melaporkan bahwa jamur terlibat hingga 17% dari seluruh infeksi-infeksi nosokomial, dan 9-12% dari infeksi darah nosokomial.2
Peningkatan infeksi jamur menggambarkan peningkatan jumlah pasien dengan sistem imunitas rendah yang membutuhkan perawatan intensif, antibiotik yang lebih banyak, perangkat bantuan hidup, dan prosedur invasif yang lebih sering. Kelompok pasien ini memiliki faktor risiko untuk infeksi jamur, termasuk pembedahan abdomen, nutrisi parental, dan kondisi imunosupresi.2
Morbiditas dan mortalitas yang bermakna dilaporkan pada pasien UPI dengan penyakit jamur invasif. Pemberian terapi antijamur yang tepat dan cepat adalah penentu utama prognosis pasien. Meski demikian, diagnosis penyakit jamur invasif sangat sulit dilakukan pada populasi ini karena tidak adanya metode diagnostik noninvasif yang akurat.
Selain itu, tidak terdapat rekomendasi jelas berbasis bukti mengenai waktu dan metode deeskalasi terapi antijamur. Akibatnya, terapi antijamur empiris sering kali digunakan untuk periode yang lama di UPI.
Terapi antijamur berkepanjangan berkontribusi dalam pembengkakan biaya perawatan di rumah sakit dan dapat mendorong terjadinya resistansi antijamur.1 Walaupun Aspergillus dan Candida masih menjadi patogen paling umum, spektrum mikosis invasif berubah dengan munculnya jamur patogen oportunistik lainnya, seperti Fusarium, Zygomicetes, dan Scedosporium. Infeksi patogen baru tersebut berpotensi mengancam jiwa jika terjadi bersamaan dengan mold (aspergillosis).3

Published: 2015-05-04