Chrispian Oktafbipian Mamudi,1 Zulkifli Amin,1 Rudyanto Sedono,2 Cleopas Martin Rumende1

 

  1. Departemen Ilmu Penyakit Dalam Divisi Resiprologi dan Penyakit Kritis, Fakultas Kedokteran, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jl. Diponegoro no. 71, Jakarta, 10430, Indonesia
  2. Departemen Anestesiologi dan Intensive Care, Fakultas Kedokteran, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jl. Diponegoro no. 71, Jakarta, 10430, Indonesia

 

Korespondensi:

Email:chrispianomamudi@yahoo.com

 

ABSTRAK

Latar Belakang: Angka mortalitas ARDS khususnya di RSCM masih tinggi, sebesar 75,3%. Prokalsitonin (PCT) dan C-reactive protein (CRP) bisa dipakai sebagai prediktor mortalitas pada ARDS. Saat ini belum didapatkan penelitian yang fokus pada peran PCT dan CRP sebagai prediktor mortalitas tujuh hari pada pasien ARDS di Indonesia.

Tujuan: Mengetahui peran PCT dan CRP sebagai prediktor mortalitas tujuh hari pada pasien ARDS di RSCM.

Metode: Penelitian ini menggunakan disain kohort prospektif yang dilakukan secara konsekutif pada pasien ARDS di RSCM pada November 2015-Januari 2016.

Hasil: Dari 66 pasien ARDS, 40 (60,61%) meninggal dan 26 (39,39%) hidup. Uji normalitas PCT dan CRP didapatkan distribusi dari data-data tersebut tidak normal. Dengan uji Kolmogorov-Smirnov didapatkan p<0,05. Median PCT pada yang meninggal sebesar 4,18 (0,08-343,0) dibandingkan yang hidup sebesar 3,01 (0,11-252,30) p=0,390, AUC 0,563 (IK  95% 0,423-0,703). Median CRP pada yang meninggal sebesar 130,85 (9,20-627,78) dibandingkan yang hidup sebesar 111,60 (0,10-623,77) p=0,408, AUC 0,561 (IK  95% 0,415-0,706).

Simpulan: Pemeriksaan PCT dan CRP hari pertama pada penelitian ini belum dapat digunakan sebagai prediktor mortalitas tujuh hari pada pasien ARDS.

 

Kata kunci: ARDS, CRP, mortalitas, PCT

 

Published: 2019-06-01